Allhamdullillahirobbil’allamin,
segala puja dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat raya.
Teriring pula salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rosullullah
Muhammad SAW, amin.
Sebagai wujud untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan siswa SMAN 1 Kota Sukabumi.
Kami menyusun Makalah
ini berdasarkan fakta yang kami dapat sebagai sumber – sumber dan literature –
literature yang di jamin kebenarannya. Kami berterima kasih kepada semua pihak
yang ikut membatu untuk terselesainya makalah ini.
Kami menyadari dalam
pebuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
keempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.
Demikian petingnya
mata pelajaran Ekonomi, maka perlu diadakan makalah yang mampu merangsang
kretivitas para siswa.
Semoga kehadiran
makalah ini dapat member manfaat bagi kita semua dalam menjalani aktifitas
belajar mengajar, dan dapat menambah pengetahuan anda.
Sukabumi, 12 – 06 –
2012
Penyusun
Sinta Chandrasari (10.1)
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Penggunaan Bahasa
Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak ada yang
menggunakannya dengan benar. Malah sedikit sekali remaja yang menggunakan
Bahasa Indonesia dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna Bahasa
Indonesia dengan benar telah di geser dengan bahasa-bahasa tidak di kenal (asing). Dikarenakan datangnya penduduk luar negeri
ke dalam negeri, yang membaur Bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Sekarang,
bahasa-bahasa di Indonesia
telah banyak yang beredar di umum. Salah satu faktor yang menggunakan bahasa
asing (tidak di kenal) untuk bahasa individu (sendiri). Bahasa yang digunakan
sekarang adalah bahasa yang mudah di mengerti bagi orang yang membuatnya.
Bahasa gaul di
Indonesia pada masa ini mungkin bukanlah suatu hal yang baru dan aneh bagi
kita. Pada jaman ini muda-mudi lebih suka memakai bahasa yang gaul dari pada
bahasa indonesia yang baik dan benar. Padahal kita sekarang sedang berada di
Indonesia, mengaku orang Indonesia, dan mengerti bahasa Indonesia. Namun semua
itu masih belum mampu untuk menjadi alasan bagi mereka untuk berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Terlepas dari
alasan-alasan yang mungkin disengaja ataupun tidak disengaja, bahasa gaul ini
bahkan bisa sangat mendarah daging di suatu daerah, misal Daerah Ibu Kota
Jakarta. Kita semua tau, Jakarta sudah lama menjadi trendsetter banyak
muda-mudi dalam berbahasa gaul.
Fenomena ini
ternyata tidak hanya merambah daerah metropolitan, bahkan Kota Sukabumi pun
ikut merasakan atmosfir fenomena ini. Bahasa gaul biasanya dibawa oleh orang
jakarta. Menurut survey yang saya lakukan, dari 10 orang yang berasal dari
daerah ibu kota, ada 9 orang yang menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa
kesehariannya.
B. Rumusan Masalah
Makalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
ü
Apakah yang menebabkan remaja menggunakan bahasa yang
tidak sesuai dengan bahasa indonesia EYD
ü
Contoh bahasa gaul manakah yang mempengaruhi kesalahan dalam mengucapkan bahasa Indonesia
dengan benar
ü
Solusi apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah atau
memperbaiki pengucapan bahasa Indonesia dengan tepat
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
ü
Mengetahui penyebab penyalahgunaan bahasa Indonesia di
kalangan remaja
ü
Mengetahui contoh bahasa gaul yang mempengaruhi
penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja
ü
Mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi
penyalahgunaan penggunaan Bahasa Indonesia dikalangan remaja
BAB II
ISI
§
Penyebab Kesalahan
Penggunaan Bahasa Indonesia
Kesalahan pengunaan
bahasa Indonesia sehari hari pada kalangan remaja umum nya menggunakan bahasa
yang salah atau menyimpang. Dan sedikit sekali orang yang menggunakan bahasa
indonesia yang baku ata benar. Kesalahan ini di sebabkan oleh beberapa banyak
faktor diantara nya lingkungan, budaya (kebiasaan), pendidikan yang salah,
mungkin juga masuknya budaya asing dan
mencampurnya dengan bahasa indonesia agar terihat menjadi mudah bagi yang
menciptakan nya. Lingkungan sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari – hari
kita, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan bermain, dan forum
– forum lain nya, banyak sekali pengucapan – pengucapan yang salah dan menjadi
kebiasaan di kalangan remaja. Biasanya saya sebagai anak remaja juga merasakan
bagaimana penggunaan bahasa yang salah ini sudah menjadi kebiasaan di dalam
Kehidupan kita sehari – hari. Misalnya dengan mencampurkan bahsa inggris dengan
bahasa indonesia dan dicampurkan lagi dengan bahasa betawi, contoh “gua lagi
OTW nih, kamu dimana ?”. Menurut mereka, bila orang asing saja
melakukan hal ini, berarti hal ini sudah mendunia dan keren jika dilakukan.
Bisa dikatakan ini adalah faktor psikologi.
Ada juga karena bahasa campur lebih mudah diucapkan dan lebih familier. Tidak perlu belajar kusus untuk bisa berbahasa campur gaul ini. Namun menurut saya pribadi yang pernah mengajar bahasa indonesia di ponpes ini, faktor psikologilah yang paling mempengaruhi pencmpuran bahasa asing dengan bahasa Indonesia.
Ada juga karena bahasa campur lebih mudah diucapkan dan lebih familier. Tidak perlu belajar kusus untuk bisa berbahasa campur gaul ini. Namun menurut saya pribadi yang pernah mengajar bahasa indonesia di ponpes ini, faktor psikologilah yang paling mempengaruhi pencmpuran bahasa asing dengan bahasa Indonesia.
§ Contoh
macam-macam bahasa saat ini :
·
Bahasa
Gaul
·
Bahasa
Prokem (preman)
·
Bahasa
G
·
Bahasa
Gay
§ Undang-Undang
Kebahasaan Indonesia
Era globalisasi...
Dua kata inilah yang membuat orang lupa akan
bahasanya sendiri akibatnya bahasa Indonesia menjadi tidak bernyawa. Masyarakat
bahkan para Petinggi Negara bila mendengar dua kata ini menjadi berubah
bahasanya menjadi sekian derajat. Dulunya bahasa yang mereka gunakan tidak
separah-parah amat, sehubungan dengan adanya era globalisasi bahasanya menjadi
luntur karena bahasa asing yang datang ke Indonesia. Kita lihat contoh seperti
yang dilakukan oleh Presiden kita Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketika Anda baca di koran, sekilas melihat
tulisan open house. Banyak sekali kata itu di media cetak ketika hari
Raya Iedul Fitri tiba. Open house yang dilaksanakan di Istana negara
untuk bertatap muka secara langsung dengan masyarakat Indonesia. Beliau sendiri
pernah mendapatkan penghargaan sebagai pengguna bahasa yang baik dan benar
(Kompas, Jumat, 28/10). Ternyata era globalisasi yang sederhana itu mempunyai
makna yang sangat berarti dan sangat luas sehingga bisa menjadi penyalahgunaan
bahasa.
Adanya era globalisasi bukan menjadi hambatan
untuk mencintai bahasanya sendiri sebab bahasa Indonesia sudah menjadi bagian
dari hidup kita seperti bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa atau
bahasa Nasional, bahasa Indonesia merupakan jati diri kita atau ciri khas
sebagai bangsa Indonesia. Itulah sebabnya ada pepatah yang mengatakan Bahasa
Menunjukkan Bangsa.
Filipina, Jepang, dan Perancis merupakan
negara yang mencintai bahasanya sendiri. Sangat berbeda jauh sekali dengan
negara Indonesia, walaupun adanya era globalisasi mereka tidak terpengaruh
karena mereka mempunyai kredibilitas yang sangat tinggi.
Kita ambil contoh seperti di negara Perancis.
Awal April 2003, di Hotel Flat de Douai,
Paris. Hotel yang harga inapnya setingkat dengan Santika di Yogyakarta. Alif
Dansya Munsyi bertanya dalam bahasa Inggris yang belepotan kepada
resepsionisnya. Resepsionis tersebut merupakan orang Perancis asli. Ia
benar-benar “tidak mau” menjawab pertanyaan beliau dengan bahasa Inggris. Ia
berkata dengan amat percaya diri memakai bahasa Perancis (Bahasa Menunjukkan
Bangsa).
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Perancis
merupakan negara yang sangat istimewa. Lihatlah nama hotel yang ditempati
beliau. Itulah buktinya bahwa mereka mencintai bahasanya. Seandainya negara
Indonesia seperti negara Perancis yang mencintai bahasanya, maka masyarakat
Indonesia tidak lagi sok nginggris.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa
era globalisasi bukan menjadi hambatan untuk mencintai bahasanya sendiri.
Ternyata di bahasa oleh ahli-ahli bahasa yang terkenal dalam seminar di Jakarta
yang membahas. Mencari jalan keluar dari kondisi Departemen Pendikan Nasional
tengah menyusun Rancangan Undang-Undang Kebahasaan. Rancangan itu berfungsi
untuk melindungi Undang-Undang penggunaan bahasa Indonesia, terutama dalam situasi
formal.
Sedangkan, untuk penggunaan bahasa sehari-hari
di dalam masyarakat tidak diatur. Bahasa gaul, prokem, slang, dan sebagainya
tidak terlalu dipermasalahkan sepanjang tidak dipakai dalam situasi formal.
Penggunaan variasi bahasa-bahasa tersebut selalu ada di dalam masyarakat yang
berkembang. Penggunaan bahasa itu baru dirisaukan jika digunakan oleh media
atau dalam situasi formal.
Rancangan Undang-Undang tersebut mempunyai
cakupan yang terkait dalam aspek kenegaraan seperti pembuatan nota kesepakatan,
dokumen resmi negara, surat resmi, pidato kenegaraan, pengantar pendidikan,
pertemuan formal, nama lembaga pemerintah / swasta, geografi karya ilmiah, nota
kesepahaman dalam dan luar negeri.
Cakupan lainnya meliputi nama bangunan,
kawasan permukiman, informasi petunjuk produk, iklan juga akan diatur
menggunakan bahasa Indonesia. Terkecuali yang merupakan lisensi dari luar.
Demikian juga dengan papan petunjuk, slogan, petunjuk lalu lintas.
Rancangan perundangan itu juga akan mengatur
penguasaan bahasa Indonesia bagi orang asing dan pengantar seleksi tenaga kerja
(Kompas, 22/8).
Bahasa Indonesia itu penting diatur oleh
Undang-Undang dikarenakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Bila bahasa Indonesia tidak diatur oleh
Undang-Undang, masyarakat akan seenaknya menggunakan bahasa yang mereka anggap
itu gaul
2. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku harus
digunakan pada situasi formal
Menurut saya, sanksi-sanksi yang harus
diberlakukan oleh Undang-Undang yaitu ada dua jenis di antaranya:
1. Sanksi ringan
• Tidak boleh berbicara selama satu hari
• Membayar denda sekitar Rp 20.0000.000,00
2. Sanksi berat
Hukuman penjara selama 3,5 tahun
Mengatur penggunaan bahasa merupakan hal yang
sangat sulit dikarenakan beberapa faktor yaitu, yang pertama dialek daerah
masing-masing yang sangat melekat tiap individu dan yang sekarang tengah
berkembang di Indonesia adalah penggunaan bahasa gaul. Sulitnya melepaskan cara
berbahasa ini diikuti dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar maka
akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mengimplementasikan Undang-Undang
Kebahasaan ini dalam masyarakat.
Maka menurut saya sebaiknya tujuan pemerintah
untuk mengatur penggunaan bahasa ini dimulai dari hal-hal yang sederhana,
misalnya memulai penggunaan bahasa Indonesia yang baku dalam lingkungan
pendidikan dimulai dari tingkat pendidikan yang rendah. Saya maksudkan di sini,
kita melihat bahwa dalam lingkungan kampus mahasiswa yang menggunakan bahasa
Indonesia yang baku sangat jarang bahkan tidak ada, oleh sebab itu
Undang-Undang Kebahasaan ini sebaiknya mulai diimplementasikan dalam lingkungan
pendidikan.
Perlu ditekankan pada pemerintah bila ingin
membuat Undang-Undang Kebahasaan yaitu Pemerintah sendiri pun harus mengubah
bahasanya bila ingin membentuk Rancangan Undang-Undang Kebahasaan. Jangan
sampai pemerintah malah menghancurkan bahasa Indonesia.
Pemerintah pun harus konsekuen terhadap
Undang-Undang ini. Bagaimana tidak, apa yang dilakukan oleh pemerintah selama
ini tidak berjalan lancar. Undang-Undang Kebahasaan yang di rancang dari bulan
Agustus ternyata belum kelar-kelar. Eh... pemerintah malah membuat
Undang-Undang baru yaitu Undang-Undang Guru. Memang sih tidak masuk akal
dimasukkan di sini.
Menurut saya yang penting didahulukan yaitu
Undang-Undang Kebahasaan jadi saya mengnginkan pemerintah bahwa pemerintah
harus selalu mengerjakan pekerjaan yang belum selesai terpecahkan sebab bila
ditunda-tunda lagi penggunaan bahasa Indonenglish akan semakin marak atau akan
semakin banyak yang sering menggunakannya.
§ Bahasa prokem
Indonesia
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di
negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang
berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang
mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja
Indonesia yang menetap di Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan
dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk
berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak
diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara
antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan
angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem,
penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah)
memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode
kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).
Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu
yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian
fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T diubah menjadi
G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini
didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati
satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah
Yogyakarta dan sekitarnya.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran
fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam
konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan dialek bahasa
Indonesia non-formal yang terutama
digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau
waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah
Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut
dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.
Sejarah
Bahasa prokem merupakan salah satu cabang dari
bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam
pergaulan anak-anak remaja. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada
saat itu ia dikenal sebagai 'bahasanya para bajingan
atau anak jalanan' disebabkan arti kata prokem
dalam pergaulan sebagai preman.
Saat ini bahasa prokem telah banyak
terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari
dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer seperti
TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula digunakan dalam bentuk
pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah
remaja populer. Karena jamaknya, kadang-kadang dapat disimpulkan bahasa prokem
adalah bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang
dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan
menjadi terasa 'aneh' untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain
menggunakan bahasa Indonesia formal.
Bahasa prokem senantiasa berkembang. Banyak
sekali kata-kata yang menjadi kuno atau pun usang disebabkan kecenderungan dan
perkembangan zaman.
Penggolongan
Tiada
penggolongan formal dari bahasa prokem, kecuali barangkali bahasa tersebut
termasuk sebagai bagian ataupun cabang dari bahasa Indonesia.
Distribusi geografis
Bahasa prokem umumnya digunakan di lingkungan
perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa prokem
bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa
daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota
tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat, perbendaharaan kata dalam
bahasa prokemnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa
Sunda.
Pemakaian resmi
Bahasa prokem bukanlah bahasa Indonesia resmi
meskipun bahasa ini digunakan secara luas dalam percakapan verbal dalam
kehidupan sehari-hari.contoh bahasa : dulu menggunakan bahasa baku kalau
sekarang memakai bahasa elu gua
Pengucapan
Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara
sama seperti halnya bahasa
Indonesia.
Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris ataupun
Belanda diterjemahkan pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis sebagai Plis,
dan 'Married' sebagai Merit.
Teks tebal== Tata bahasa == Struktur dan
tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya
(bahasa Indonesia),
dalam banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya merupakan singkatan dari
bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan bahasa prokem ada
dalam perbendaharaan kata.
Banyak orang asing yang belajar Bahasa
Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia
asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang
Indonesia berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing atau juga menggunakan
bahasa prokem.
Contoh:
Bahasa Indonesia
|
Bahasa prokem (informal)
|
Aku, saya
|
Gue, gua
(ditulis pula gw)
|
Kamu
|
Lu, lo (ditulis
pula lw)
|
Penatlah!
|
Capek deh!
|
Benarkah?
|
Emangnya bener?
|
Tidak
|
Enggak
|
Tidak peduli
|
Emang gue
pikirin!
|
Bahasa prokem Tegal
Salah satu daerah yang memiliki bahasa prokem
unik adalah Kota Tegal dan sekitarnya. Awal penggunaan
bahasa prokem di Tegal adalah sejak perang melawan penjajahan Belanda. Laskar yang bergerilnya
menggunakan bahasa sandi yang setelah era kemerdekaan masih tetap dipergunakan
sebagai bahasa prokem hingga kini, di samping dialek Tegalan.
Bahasa prokem Tegal tidak menggunakan satu
rumusan. Ada sebagian kata yang sekadar mengadopsi dari bahasa Arab seperti harem menjadi kharim
(istri), distribusi fonem, seperti bapak/bapa menjadi jasak, wadon
(perempuan) menjadi tarok. Ada pula yang menggunakan variabel nama untuk
seseorang yang sering jadi bahan olokan, obyek penderita, seperti Dalban,
Waknyad, atau Mardiyah. Lantaran keragaman rumusan itulah
mengakibatkan tidak semua orang (pendatang) dapat memahami bahasa gaul Tegal.
Jika mengacu pada
contoh di atas, ada kosa kata yang tidak jelas perumusannya, seperti berikut
ini:
- Jakwir berasal
dari kata batir (teman), semestinya dilafalkan (ditulis) jawir.
- Jagin, berasal
kata balik (pulang), namun sering diucapkan sebagai jegin
Partikel yang sering dipakai
Sih, nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari
partikel-partikel bahasa prokem yang membuatnya terasa lebih "hidup"
dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat
mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku.
Partikel-partikel ini walaupun pendek-pendek namun memiliki arti yang jauh
melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu memberikan
informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa
Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar,
suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan.
Deh/ dah
Deh/
dah asalnya dari kata sudah yang diucapkan singkar menjadi deh/dah atau
udah. Namun dalam konteks berikut, deh/dah ini sebagai penekanan atas
pernyataan.
- Bagaimana kalau ...
Coba
dulu deh. (tidak menggunakan intonasi pertanyaan) - Bagaimana kalau dicoba
dahulu?
Besok
pagi aja deh. - Bagaimana kalau besok pagi saja?
- Saya mau ...
Lagi
deh. - Saya mau lagi.
Yang
biru itu deh. - Saya mau yang biru itu saja.
Aku
pergi deh. - Saya mau pergi dahulu.
Partikel ini tidak dapat dipakai di
awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri.
Dong
Partikel dong
digunakan sebagai penegas yang halus atau kasar pada suatu pernyataan yang akan
diperbuat.
- Tentu saja ...
Sudah
pasti dong. - Sudah pasti / Tentu saja.
Mau
yang itu dong - Tentu saja saya mau yang itu.
- Kata perintah atau larangan yang sedikit kasar / seruan
larangan.
Maju
dong! - Tolong maju, Pak/Bu.
Pelan-pelan
dong! - Pelan-pelan saja, Kak/Dik.
Partikel ini
tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri.
Eh
- Pengganti
subjek, sebutan untuk orang kedua.
- Eh, namamu siapa? - Bung, namamu siapa?
- Eh, ke sini sebentar. - Pak/Bu, ke sini sebentar.
- Ke sini sebentar, eh. - Ke sini sebentar, Bung.
- Membetulkan
perkataan sebelumnya yang salah.
- Dua ratus, eh, tiga ratus. - Dua ratus, bukan, tiga
ratus.
- Biru, eh, kalau tidak salah hijau. - Biru, bukan,
kalau tidak salah hijau.
- Mengganti
topik pembicaraan
- Eh, kamu tahu tidak ... - Omong-omong, kamu tahu tidak
...
- Eh, jangan-jangan ... - Hmm... jangan-jangan ...
- Berdiri
sendiri: menyatakan keragu-raguan
- Eh...
Selain 'eh'
sebagai sebutan untuk orang kedua, partikel ini biasanya tidak dapat dipakai di
akhir kalimat lengkap.
Kan
- Kependekan
dari 'bukan', dipakai untuk meminta pendapat/penyetujuan orang lain
(pertanyaan).
Bagus
kan? - Bagus bukan?
Kan
kamu yang bilang? - Bukankah kamu yang bilang demikian?
Dia
kan sebenarnya baik. - Dia sebenarnya orang baik, bukan?
- Jika
dirangkai dalam bentuk "kan ... sudah ..." menyatakan suatu
sebab yang pasti (pernyataan).
Kan
aku sudah belajar. - Jangan khawatir, aku sudah belajar.
Dia
kan sudah sabuk hitam. - Tidakkah kamu tahu bahwa dia sudah (memiliki
tingkatan) sabuk hitam.
- Berdiri
sendiri: menyatakan dengan nada kemenangan "Lihatlah, bukankah aku
sudah bilang demikian"
Kan...
Kok
- Kata tanya
pengganti 'Kenapa (kamu)'
Kok
kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat?
Kok
diam saja? - Kenapa kamu diam saja?
Kok
dia mukanya masam? - Kenapa dia mukanya masam?
Kok
aku tidak percaya kamu? - Kenapa aku tidak dapat mempercayaimu?
- Memberi
penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat.
Saya
dari tadi di sini kok. - Saya mengatakan dengan jujur bahwa dari tadi saya ada
di sini.
Dia
tidak mencurinya kok. - Saya yakin bahwa dia tidak mencurinya.
- Berdiri
sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan
kata-kata
Kok???
Lho/Loh
- Kata seru
yang menyatakan keterkejutan. Bisa digabung dengan kata tanya. Tergantung
intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi.
Lho,
kok kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat? (dengan ekspresi heran)
Loh,
apa-apaan ini! - Apa yang terjadi di sini? (pertanyaan retorik dengan ekspresi
terkejut/marah)
Lho,
aku kan belum tahu? - Aku sebenarnya belum tahu. (dengan ekspresi tidak
bersalah)
Loh,
kenapa dia di sini? - Kenapa dia ada di sini? (dengan ekspresi terkejut)
- Kata
informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal.
Begitu
lho caranya. - Begitulah caranya.
Nanti
kamu kedinginan loh. - Nanti kamu akan kedinginan (kalau tidak menggunakan
jaket, misalnya).
Aku
mau ikut lho. - Aku mau ikut, tahu tidak?.
Ingat
loh kalau besok libur. - Tolong diingat-ingat kalau besok libur.
Jangan
bermain api lho, nanti terbakar. - Ingat, jangan bermain api atau nanti akan
terbakar.
- Berdiri sendiri:
menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata
Lho???
Nih/ ni
- Kependekan
dari 'ini'.
Nih
balon yang kamu minta. - Ini (sambil menyerahkan barang). Balon yang kamu
minta.
Nih,
saya sudah selesaikan tugasmu. - Ini tugasmu sudah saya selesaikan.
(I)ni
orang benar-benar tidak bisa dinasehati - Orang ini benar-benar tidak bisa
dinasehati
- Tergantung
intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam
ekspresi (umumnya tentang keadaan diri sendiri).
Cape,
nih. - Saya sudah lelah. (dengan ekspresi lelah)
Saya
sibuk, nih. - Saya baru sibuk, maaf. (dengan ekspresi menolak tawaran secara
halus)
Sudah
siang, nih. - Sekarang sudah siang. Ayo lekas ...
- Untuk
memberi penekanan pada subjek orang pertama
Saya
nih yang tahu jawabannya. - Hanya saya
yang tahu jawabannya.
Aku
nih sebenarnya anak konglomerat. - Aku ini sebenarnya anak konglomerat.
- Berdiri
sendiri: memberikan/menyerahkan sesuatu kepada orang lain
Nih.
Lihat partikel
"tuh/ tu".
Sih
- Karena ...
Dia
serakah sih. - Karena dia serakah. (dengan ekspresi mencemooh)
Kamu
sih datangnya terlambat. - Karena kamu datang terlambat. (dengan ekspresi
menyesal)
- Digunakan
tepat setelah sebuah kata tanya yang artinya kurang lebih "Sebenarnya
..."
Tadi
dia bilang apa sih? - Sebenarnya apa yang dia katakan tadi?
Berapa
sih harganya? - Sebenarnya berapa harganya?
Apa
sih yang dia mau? - Sebenarnya apa yang
dia mau? (dengan ekspresi jengkel)
Maumu
kapan sih? - Sebenarnya kapan yang kamu mau?
- Membedakan
seseorang dari sekumpulan orang.
Tetanggaku
semuanya miskin, tapi orang itu sih kaya. - Orang itu lebih kaya daripada yang
lain.
Aku
sih tidak akan terjebak, kan aku sudah belajar banyak. - (Yang lain boleh
terjebak,) Saya pasti tidak akan terjebak, sebab saya sudah belajar banyak.
- Kata yang
mengakhiri satu pernyataan sebelum memulai pernyataan yang bertentangan.
Mau
sih, tapi ada syaratnya. - Saya mau tetapi ada syaratnya.
Saya
bisa sih, cuma ada beberapa yang ragu-ragu. - Saya bisa tetapi ada beberapa
yang saya masih ragu-ragu.
Itu
saya sih, tapi saya tidak bermaksud melukainya. - Itu sebenarnya saya, tetapi
saya tidak bermaksud melukainya.
Kalau
aku sih tenang-tenang saja. - Kalau saya sekarang ini tenang-tenang saja.
Partikel ini
tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri
Tuh/ tu
- Kependekan
dari 'itu', menunjuk kepada suatu objek
Lihat
tuh hasil dari perbuatanmu. - Lihat itu, itulah hasil dari perbuatanmu.
Tuh
orang yang tadi menolongku. - Itu lihatlah, itu orang yang menolongku.
- Tergantung
intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam
ekspresi (umumnya tentang keadaan orang lain).
Kelihatannya
dia sudah sembuh, tuh. - Lihat, nampaknya dia sudah sembuh.
Tuh,
kamu lupa lagi kan? - Lihat, kamu lupa lagi bukan?
Ada
yang mau, tuh. - Lihat, ada yang mau (barang tersebut).
- Untuk
memberi penekanan pada subjek orang kedua atau ketiga.
Dia
tuh orangnya tidak tahu diuntung. - Dia sebenarnya orang yang tidak tahu
berterima kasih.
Kalau
jadi orang seperti Bapak camat tuh. - Jadilah seseorang seperti Bapak camat.
Kamu
tuh terlalu baik. - Kamu orang yang terlalu baik.
- Berdiri
sendiri: menunjukkan sesuatu kepada orang lain
Tuh.
Ya
Ya di sini tidak
selalu berarti persetujuan. Beberapa penggunaan partikel 'ya':
- Kata tanya
yang kurang lebih berarti "Apakah benar ...?"
Rapatnya
mulai jam delapan ya? - Apakah benar rapatnya mulai jam delapan?
Kamu
tadi pulang dulu ya? - Apakah benar tadi kamu pulang dulu?
- Kalau bukan
ini, ya itu
Kalau
tidak mau, ya tidak masalah. - Kalau tidak mau tidak masalah.
Kalau
mau, ya silakan. - Kalau mau silakan (ambil / ikut / beli / dll.)
- Sebagai awal
kalimat digunakan tepat setelah sebuah kalimat dengan nada bertanya.
Mahal?
ya jangan beli. - Kalau mahal jangan dibeli.
Apa?
(dengan ekspresi tidak percaya) Ya jangan mau dong. - Apa? Kalau begitu jangan
mau.
Apa
kamu bilang? Ya dilawan dong. - Apa kamu bilang? Tahu begitu seharusnya kamu
melawan.
- Berdiri
sendiri: lawan kata 'tidak'; kependekan dari 'iya'; menyatakan persetujuan
Ya.
Yah
Selalu menyatakan
kekecewaan dan selalu digunakan di awal kalimat atau berdiri sendiri.
Yah...
Yah,
kamu sih - Ini karena kamu.
Yah,
Indonesia kalah lagi - Indonesia kalah lagi (dengan ekspresi kecewa)
Yah,
sudah selesai - Belum-belum sudah selesai.
§ Bahasa Alay
Ilustrasi
Alay…….jangan lebay plis
Alay kalo ngomong lebay
Dasar anak jablay
Pilihannya jijay
Alay orang bilang anak layangan
Kampungan gayanya sok sokan
Alay kalo ngomong lebay………..
……………………………………
Alay kalo ngomong lebay
Dasar anak jablay
Pilihannya jijay
Alay orang bilang anak layangan
Kampungan gayanya sok sokan
Alay kalo ngomong lebay………..
……………………………………
Tentu Anda ingat lirik diatas, kan? Ya, itu
adalah beberapa baris lirik dari lagu yang dibawakan Lolita, salah satu lagu
yang cukup populer di telinga masyarakat Indonesia. “Anak Layangan”, sebuah
judul yang cukup menarik untuk para penikmat musik, berbeda dan mudah diingat.
Pertama kali mendengar, saya mengira lagu ini diperuntukkan bagi anak-anak yang
menyukai permainan layang-layang. Ternyata dugaan itu terbalik 360 derajat dari
kenyataannya. Pertanyaan pun menghinggapi pikiran. Apa yang sebenarnya ingin
diungkapkan penulis lirik ini? Mata pun tertuju pada baris kalimat “Alay kalo
ngomong lebay”. Mengapa penulis lirik ini mengatakan seperti itu? Dalam kalimat
itu terdapat dua kata penekanan “ngomong” dan “lebay”. Kata “ngomong” adalah
bahasa prokem bagi orang Jawa yang artinya mengatakan sesuatu. Ini tentunya
erat kaitannya dengan bagaimana orang mengungkapkan idenya, bagaimana mereka
mengkomunikasikan pikirannya kepada orang lain. Ide-ide dan pemikiran itu
merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan istilah umum dari penggunaan
bahasa. Dalam sebuah Modul Discourse Analysis, tertera jelas bahwa wacana
berkaitan dengan penggunaan bahasa yang berbentuk lisan dan tulisan. Yang ingin
saya tekankan dalam artikel ini bagaimana bahasa digunakan dalam bentuk
tulisan. Bahasa yang dimaksud disini adalah bagaimana bahasa Indonesia
digunakan dalam bahasa alay. Sedangkan kata “lebay” juga merupakan bahasa gaul
ala orang Jawa, atau yang telah diadaptasi menjadi “lebe” dalam bahasa Melayu
Kupang yang artinya berlebihan.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang bahasa
alay dalam bahasa Indonesia. Marilah kita mengetahui terlebih dahulu, apa itu
alay. Alay merupakan akronim dari anak layangan, alah lebay, atau anak
kelayaban. Ini adalah sebuah istilah yang ditujukan bagi orang-orang yang suka
bertindak berlebihan, termasuk bagaimana mereka berpose di depan kamera dengan menampilkan
tampang sok imut mereka dan tak ketinggalan pula penggunaan tulisan bahasa
Indonesia-nya. Akhir-akhir ini jumlah alay semakin meningkat, bertumbuh begitu
cepat bak jamur di musim hujan. Remaja merupakan jumlah terbesar dari populasi
alay, mengingat dalam usia-usia itu, orang sedang berada dalam tahap pencarian
jati diri. Mereka gemar melakukan hal-hal baru, termasuk memodifikasi bahasa
dengan menciptakan tulisan-tulisan baru dalam kata-kata bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia versi alay itu unik.
Informasi yang saya himpun dari Wikipedia dan postingan di Facebook menyebutkan
beberapa ciri kebahasaan alay terutama dalam aspek tulisan sangat berbeda dari
bahasa Indonesia. Pertama, ketika mengetik sms mereka cenderung menggunakan
kombinasi huruf kapital dan huruf kecil dalam kata, seperti ” iYa nIe” ,”aBiS
LAgI sIbUq siCh”. Penggunaan angka pun tak luput dari penulisan kata mereka.
Contohnya dalam kata-kata, 9w 9ag 8i5a 5kr9. Entah tidak tahu atau pura-pura
tidak tahu, mereka bahkan bertindak seolah-olah tidak mengenal alphabet dalam
bahasa Indonesia, seolah-olah tidak mampu membedakan huruf dalam kata. Dengan
seenaknya mereka menulis kata “juga” dengan “juja”, “sms” dengan “cmz” atau
“xmx”. Alay juga mempunyai nama akun facebook dan twitter yang terlihat begitu
sempurna dan lucu seperti” cii mUna imUtz” atau “MociMoCi alias jonny”. Kondisi
inilah yang membuat banyak orang mengalami kesulitan dalam membaca tulisan
mereka. Coba saja Anda baca tulisan ini “tyUs kmueh jNaN luEpa Mams eaaa?”
Tidak mudah, itulah jawabannya.
Bahasa alay benar-benar meruntuhkan tembok-
tembok peraturan tata bahasa Indonesia yang telah ditetapkan secara signifikan.
Betapa tidak, sejak kapan ada aturan penggunaan kombinasi huruf kapital dan huruf kecil dalam sebuah kata,
yang dapat ditempatkan dimana saja, semau kita, di depan, di tengah ataupun di
akhir kata. Prof.DR. Gorys Keraf, seorang ahli besar bahasa Indonesia dalam
bukunya yang berjudul “Komposisi” mengungkapkan dengan tegas bagaimana huruf
kapital digunakan yaitu huruf awal dalam sebuah kalimat,nama orang, tempat,
bangsa, negara, organisasi, bahasa, bulan , hari, Tuhan, sifat-sifat Tuhan,
judul buku, artikel, dan kata-kata yang mempunyai arti istimewah. Jadi,
sangatlah jelas, penggunaan huruf kapital dan huruf kecil itu tidak dapat
ditempatkan seenaknya seperti yang dilakukan alay. Kasus lain yang tak kalah
menarik yaitu ketika alay membentuk kata dari gabungan huruf dan angka. Adakah
aturan ini tercantum dalam tata bahasa Indonesia? Angka tentu saja tetaplah
angka, tak mungkin menggabungkan diri dengan huruf membentuk kata, kecuali
merupakan sebuah rumus kimia seperti H2O dan NH3. Tulisan alay benar-benar
membingungkan.
Melihat begitu pesat mewabahnya trend tulisan
alay di kalangan masyarakat Indonesia khususnya remaja, tentu saja mempengaruhi
pemeliharaan bahasa Indonesia yang telah susah payah dirumuskan ahli-ahli
bahasa Indonesia selama bertahun-tahun. Pertama alay menciptakan tata bahasa
baru, mengindahkan tata bahasa Indonesia yang telah disusun. Bagaimana mungkin
mereka tidak tahu penggunaan huruf kapital? Bagaimana mungkin mereka
menempatkan huruf kapital sekehendak hati? Apa benar mereka tidak tahu posisi
yang tepat untuk huruf kapital dan huruf kecil? Beberapa pertanyaan refleksi
yang perlu dijawab. Seperti yang tampak dalam contoh diatas,kata “iYa”
seharusnya ditulis “Iya”, karena menurut tata bahasa Indonesia, huruf kapital
harus digunakan pada huruf awal kata dalam sebuah kalimat. Tanpa dasar itu pun,
ketika mengetik di HP, dengan sendirinya huruf awal kata pada akan berubah
menjadi huruf kapital, demikian pula ketika mengetik di komputer.
Kedua, alay melupakan alphabet bahasa
Indonesia? Bukannya melupakan, tetapi mengubahnya menurut versi mereka. Seperti
pada huruf k mereka realisasikan dengan huruf ch dan q, dengan asumsi bahwa
huruf-huruf tersebut memiliki kemiripan bunyi. Ada lagi huruf s mereka
realisasikan dengan huruf x, c dan z seperti contoh di atas. Apa ada teori
seperti itu? Sebuah Ilmu kesesatan.
Ketiga tulisan alay membingungkan. Mengapa
membingungkan? Dengan begitu banyak rentetan variasi huruf yang begitu meriah
dari bahasa Indonesia dalam kata, tentu saja memusingkan bagi orang yang
membacanya dan inilah faktanya. Bagaimana membaca tulisan ini “tyUs kmueh jNaN
luEpa Mams eaaa” ? Untuk membaca saja sulit, apalagi untuk dimengerti. Hal ini
hanya menambah daftar masalah saja dengan kehadiran bahasa alay. Banyak yang
mengeluh karena tidak dapat menangkap arti dari kata-kata seperti itu, tulisan
yang hanya melelahkan mata. Tentulah lebih mudah menuliskan “trus kamu jangan
lupa makan, ya?”. Mengapa mereka menyulitkan diri dan terjebak dalam tulisan
aneh bin ajaib itu? Sensasi, apakah yang dicari? Padahal, salah satu fungsi
bahasa adalah sebagai alat komunikasi. “Komunikasi itu tidak akan sempurna bila
ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain”(Gorys Keraf,
1974:4). Jadi, jika tulisan pun tak dapat dibaca, apalagi dimengerti, bagaimana
komunikasi dapat terjadi.
Keempat alay kehilangan jati dirinya. Ada
sebuah pepatah berbunyi “ Nama menunjukkan identitas orang”. Ini sangat
bertolak belakang dengan alay. Mereka mempunyai nama yang aneh di twitter dan
facebook yang ejaannya bahkan tak ditemukan dalam perbehendaraan kata bahasa
Indonesia. Kehadiran jejaring sosial sesungguhnya sangat membantu orang
berhubungan dengan orang-orang dari negara-negara lain di seluruh dunia, jadi
alangkah baiknya menggunakan nama biasanya seperti Hartono, Sri, Tati, Devi dan
nama lainnya. Nama merupakan realisasi dan wujud dari kehadiran bahasa
Indonesia. Paling tidak ini membantu orang dari negara lain menebak dari negara
mana kita berasal. Kita adalah orang Indonesia, itulah identitas kita. Apa yang
terjadi jika kita memakai nama seperti “cii mUna imUtz”? Ini seperti kegelapan
malam bagi orang dari negara lain tanpa cahaya sedikit pun untuk tahu darimana
kita berasal.
Kelima alay berasal dari remaja. Pemakaian
tulisan alay kebanyakan dibuat oleh remaja yang nota bene adalah generasi
penerus bangsa. Jika mereka terus saja mempertahankan kebiasaan mereka,
kedepannya tata bahasa Indonesia akan luntur dan pudar, karena masa depan
bangsa dan negara ini adalah dalam tangan mereka.
Kehadiran bahasa alay sangat mengancam
pemeliharaan bahasa Indonesia.Mengapa? Semua telah jelas. Tata
bahasa,alphabet,pemahaman,dilanggar. Tak lupa pula identitas pun hilang akibat
bahasa alay ini. Tak tanggung-tanggung masa depan bahasa Indonesia pun ikut
terseret. Jika kita biarkan hal ini terus terjadi, dalam jangka waktu yang
panjang, tak mengherankan lagi bila bahasa Indonesia akan mengalami deviasi.
Banyak pelanggaran yang dilakukan, menyimpang dari aturan bahasa Indonesia.
Apakah Anda ingin melihat dalam dokumen resmi dan tulisan ofisial lainnya,
hanya tertulis bahasa alay, seperti kata “sibuk” tergantikan oleh kata “sibuq”?
Tentu tidak, kan?
Melihat fakta-fakta diatas, solusi perlu
dibuat untuk segera menyelesaikan persoalan kehadiran bahasa alay ini. Kampanye
anti alay adalah cara terbaik. Kampanye dapat dilakukan dengan menyebarkan sms
tentang ciri-ciri alay dan upaya menyelamatkan bahasa Indonesia, seperti sejauh
yang saya amati. Beberapa teman facebook saya juga telah memosting tentang alay
ini. Sejumlah blogging yang saya kunjungi pun tak ketinggalan membahas
persoalan ini. Ternyata keresahan kehadiran bahasa alay ini juga disadari betul
oleh musisi Indonesia. Lolita adalah salah satu penyanyi yang turut menyuarakan
aspirasinya melalui lagu “Anak Layangan” yang mengkritik habis-habisan tentang
mereka. Saya berharap pemerintah tanggap terhadap permasalahan ini. Jika
dibiarkan akan menjadi permasalahan serius di masa mendatang, menghancurkan
tata bahasa Indonesia. Iklan-iklan di media, seperti surat kabar dan televisi ,
anti alay dapat dilakukan. Bagaimana dengan kita, usaha apa yang dapat
dilakukan? Kita dapat melakukan hal-hal sederhana seperti yang telah dilakukan
orang lain, menyebarkan sms dan memosting di facebook anti alay. Setidaknya
kita telah berusaha menyelamatkan bahasa Indonesia dari serbuan bahasa alay.
§ SOLUSI
MENGATASI PERCAMPURAN BAHASA
Bayak sekali solusi yang saya ingin paparkan
disini. Namun karena keterbatasan waktu, maka saya langsung paparkan solusi
yang menurut saya inti dalam mengatasi hal ini.
Masalah utama yang kita hadapi dalam budaya pencampuran dua bahasa ini adalah masalah psikologi. Remaja berpikir bahwa hal seperti itu adalah hal yang keren. Namun pada dasarnya jika kita cermati lebih dalam, bahasa yang seperti itu akan sangat merugikan jika terus dipakai. Karena bahasa yang seperti itu hanya akan bisa dipahami oleh orang tertentu saja. Missal orang atau teman yang sudah biasa memakai bahasa seperti itu. Apabila orang selain itu diajak berkomunikasi dengan bahasa seperti itu, apakah mereka akan paham? Tentu saja tidak akan paham karena itu bukanlah bahasa yang standar digunakan.
Maka, cara yang paling ampuh adalah memberikan pengertian kepada para remaja bahwa berkomunikasi dengan bahasa seperti itu adalah sia-sia dan tidak berguna. Karena bukanlah bahasa standar. Sama saja sperti preman-preman yang biasa menggunakan bahasa-bahasa yang mereka buat.
Masalah utama yang kita hadapi dalam budaya pencampuran dua bahasa ini adalah masalah psikologi. Remaja berpikir bahwa hal seperti itu adalah hal yang keren. Namun pada dasarnya jika kita cermati lebih dalam, bahasa yang seperti itu akan sangat merugikan jika terus dipakai. Karena bahasa yang seperti itu hanya akan bisa dipahami oleh orang tertentu saja. Missal orang atau teman yang sudah biasa memakai bahasa seperti itu. Apabila orang selain itu diajak berkomunikasi dengan bahasa seperti itu, apakah mereka akan paham? Tentu saja tidak akan paham karena itu bukanlah bahasa yang standar digunakan.
Maka, cara yang paling ampuh adalah memberikan pengertian kepada para remaja bahwa berkomunikasi dengan bahasa seperti itu adalah sia-sia dan tidak berguna. Karena bukanlah bahasa standar. Sama saja sperti preman-preman yang biasa menggunakan bahasa-bahasa yang mereka buat.
Cara ampuh yang lain adalah dengan
memunculkan budaya berbahasa indonesia yang sesuai, agar menjadi kebiasaan sehari – hari. Ini seperti yang dikatakan Pak Amir
kepada pemerintah lewat tulisan beliau dalam menaggapi masalah yang terjadi di
Indonesia, maka dengan budaya yang baik, pasti akan bisa terubah walaupun butuh
waktu yang sagat lama.
J TUNGGU APA LAGI SELAMATKAN
BAHASA KITA…
BAB III
Penutup
§ KESIMPULAN
1.
Suatu
kesalahan jika diteruskan atau tidak ditangani dengan cepat akan berlanjut dan
akan berubah menjadi budaya yang sangat kuat dan tidak mudah dirubah.
2.
Perlunya
budaya yang baik sejak awal.
3.
Budaya
berbahasa itu sangat cepat sekali perkembangannya.
4.
Faktor psikologi
bias saja menjadi factor utama dalam bekomunikasi dan berbahasa.
5.
Erat
kaitannya antara ilmu budaya, bahasa dan psikologi.
6.
Bisa
dikatakan budaya pencampuran itu bukanlah budaya yang baik sesuai standar.
§ Kritik dan Saran
Agar dimasa yang akan datang bisa jauh lebih baik lagi, kita haruslebih banyak belajar dan terus melatih ilmu yang kita peroleh. Kami sadaridalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalamsegi penulisan maupun susunan kalimatnya. Maka dari itu, sangatlahdibutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Agar penulisanmakalah dilain kesempatan bisa jauh lebih baik lagi. Pesan kami janganpernah berhenti untuk belajar, karena kunci kesuksesan adalah dengan carabelajar dan terus berusaha.
2 komentar:
rferensinya mana
rferensinya mana
Posting Komentar